by

Herman Deru: Mengapa OKU Timur Penting bagi Provinsi Sumsel

MARTAPURA, NAGARA.ID – Bisa jadi, kata sambutan dalam rangka memeriahkan HUT Kabupaten OKU Timur sangat syarat dengan pesan-pesan informal yang diikuti perasaan dan emosi layaknya seorang tua kepada anaknya yang sudah menapak dewasa.

OKU Timur, boleh jadi menjadi pencapaian yang sangat membanggakan bagi Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru yang juga pernah menjadi orang nomor satu di kabupaten hasil dari pemekaran dari Kabupaten OKU yang beribukota di Baturaja.

Layaknya manusia, kabupaten yang beribukota di Martapura ini semakin dewasa memasuki usia ke-16.  Dia menempuh perjalanan menuju kematangan sebuah pemerintah yang harus selalu disempurnakan demi masyarakatnya, bukan untuk kepentingan orang tertentu, kelompok atau pejabatnya saja.  Untuk itu dibutuhkan keihlasan dalam mengemban tanggung jawab.

Bila di masa awal kepemimpinan Herman Deru, anggaran OKU Timur hanyalah Rp 250 miliar.  Sekarang jumlahnya sudah jauh lebih besar.  Melampaui Rp 1,8 triliun, belum lagi ada dana desa yang jumlahnya juga cukup besar.

Herman Deru sempat berseloroh bahwa Gedung DPRD Kabupaten OKUT dulu dibangun numpang dengan kantor camat. Sekarang sudah jauh lebih bagus dengan lampu pernak-pernik layaknya “Kerajaan Brunei.”  Dulu juga ada mesin jenset karena lampu sering mati.  “Apakah mesin jenset tersebut masih ada?” kata Herman Deru yang dijawab masih ada dari staf Sekretariat DPRD OKUT.

  • Anggota DPR RI asal Sumsel Hj Percha Leanpuri dan Ketua PKK Sumsel Hj.
    Febrita Lustia Herman Deru ketika menghadiri HUT ke 17 Kabupaten OKU Timur

Lalu dia pun bercerita panjang lebar mengenai Kabupaten OKUT dan kaitannya dengan Provinsi Sumsel.  Dulu, kata HD, kalau pejabat Pemkab OKUT ke Provinsi Sumsel, selalu disediakan lokasi parkir terdepan.  Mengapa?  Karena Kabupaten OKUT mempunyai banyak prestasi dan merupakan kabupaten yang mampu menekan kemiskinan, peraih Adipura terbanyak, menekan angka kejahatan dan menjadi penghasil padi terbesar di Pulau Sumatera.

Artinya, keberadaan Kabupaten OKU, sebagai kabupaten dengan angka kemiskinan terendah di Provinsi Sumsel, menjadi penting untuk Provinsi Sumatera Selatan.  Sekarang apakah OKUT masih penting dan mendapatkan tempat parkir terdepan di Kantor Gubernur Sumsel?  Makin disediakan lagi, karena “Gubernurnya berasal dari OKU Timur,” kata HD disambut derai tawa ratusan peserta sidang paripurna khusus di Gedung DPRD OKUT.

Beberapa pesan penting juga disampaikan gubernur terkait dengan rencana pemakaian lapangan terbang TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Way Kanan, Lampung menjadi lapangan terbang komersial pada tahun ini.  “Saya minta supaya pegawai jangan sering-sering ke Jakarta karena lapangan terbang sudah sangat dekat dengan Martapura,” pintanya.

Saat ini, kata gubernur, lapangan terbang Gatot Subroto sudah siap untuk dioperasikan untuk penerbangan komersial.  Tinggal masalah harga avtur yang tengah digodok.  Namun Gubernur Sumsel ini meyakinakan bahwa dalam triwulan pertama ini akan mulai dioperasikan.

OKUT jadi Rujukan Kerukunan

Walaupun tidak hendak mengajari, Gubernur Herman Deru, menyampaikan wejangan utama kepada semua aparatur sipil negara dan para petinggi di kabupaten ini penghasil beras ini akan pentingnya mengingat Tigaka (3 K).  Tigaka adalah singkatan dari kepatuhan, kepatutan dan kerukunan.

Dikenal dengan masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai suku, etnis, agama dan budaya, Gubernur HD menjadikan OKU Timur sebagai simbol kerukunan di Sumatera Selatan.

Kepatuhan, kata HD, adalah sesuatu tindakan yang harus sesuai dengan aturan dan UU yang berlaku.  Apa yang sudah ditulis, diundangkan, dan diatur tidak boleh dilanggar.  “Itu yang disebut dengan kepatuhan,” katanya seraya menambahkan contoh berlalu lintas. Rambu-rambu lalu lintas jangan dilanggar.  Kalau dilanggar ada polisi yang akan menghukum. Dia juga mencontohkan peraturan-peraturan yang dibuat di kabupaten harus patuh dengan peraturan yang lebih tinggi di atasnya, yakni pemerintahan pusat yang berlaku di NKRI.  Ada aturan hitam atas putihnya.

Sedangkan kepatutan, papar HD, adalah sesuatu yang tidak tertulis.  Dia merupakan norma dan aturan yang mungkin berbeda dari satu daerah dengan daerah lain.  Patut artinya kepantasan.  Walaupun tidak ada aturannya, dia harus menjadi pertimbangan.  Tidak ada lembaga hukum yang mengawasi kepatutan.  “Bahkan untuk dibuatkan aturan kepatutan pun sangat sulit karena abstrak.  Hakimnya adalah nurani kita masing-masing,” jelas Gubernur yang dikenal dengan moto 25 ketika menjadi Bupati OKUT, dua hari di kantor dan lima hari di lapangan.

Terkait dengan aspek kerukunan, secara khusus gubernur yang berpidato tanpa teks ini menyebutkan, OKUT merupakan contoh kemajemukan dan kerukunan. Perlu kerukunan antara ulama dan umaro, antara umat beragama, antara ulama dan pemuka agama lain, dan antara instansi dengan instansi lainnya. 

Kerukunan ini menjadi sangat penting karena sangat tergantung dari tata cara penyampaian, bahasa tubuh (manajemen ekspresi) dan sikap tepo seliro dan tidak terbawa perasaan. 

Gubernur mencontohkan, boleh saja seseorang memiliki aqidah dan kaidah yang diyakini adalah terbaik bagi dirinya sendiri.  “Tapi jangan mengatakan aqidah dan kaidah orang lain tidak baik.  Ini untuk menjaga kerukunan masyarakat,” pinta HD kepada para hadirin.

Pada akhir sambutannya gubernur pun sempat berseloroh bahwa Bupati OKU Timur Kholid Mawardi  adalah orang yang pandai mengelola ekspresi. “Bupati Kholid adalah juaranya mengelola ekspresi, saya juara dua,” kata HD disambut gemuruh tawa.

“Semoga OKU Timur bisa menjadi contoh kerukunan masyarakat Sumsel dan tolok ukur zero conflict di Sumsel,” tandas Herman Deru.    

Penulis: Harbeni

MARTAPURA, NAGARA.ID – Bisa jadi, kata sambutan dalam rangka memeriahkan HUT Kabupaten OKU Timur sangat syarat dengan pesan-pesan informal yang diikuti perasaan dan emosi layaknya seorang tua kepada anaknya yang sudah menapak dewasa.

OKU Timur, boleh jadi menjadi pencapaian yang sangat membanggakan bagi Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru yang juga pernah menjadi orang nomor satu di kabupaten hasil dari pemekaran dari Kabupaten OKU yang beribukota di Baturaja.

Layaknya manusia, kabupaten yang beribukota di Martapura ini semakin dewasa memasuki usia ke-16.  Dia menempuh perjalanan menuju kematangan sebuah pemerintah yang harus selalu disempurnakan demi masyarakatnya, bukan untuk kepentingan orang tertentu, kelompok atau pejabatnya saja.  Untuk itu dibutuhkan keihlasan dalam mengemban tanggung jawab.

Bila di masa awal kepemimpinan Herman Deru, anggaran OKU Timur hanyalah Rp 250 miliar.  Sekarang jumlahnya sudah jauh lebih besar.  Melampaui Rp 1,8 triliun, belum lagi ada dana desa yang jumlahnya juga cukup besar.

Herman Deru sempat berseloroh bahwa Gedung DPRD Kabupaten OKUT dulu dibangun numpang dengan kantor camat. Sekarang sudah jauh lebih bagus dengan lampu pernak-pernik layaknya “Kerajaan Brunei.”  Dulu juga ada mesin jenset karena lampu sering mati.  “Apakah mesin jenset tersebut masih ada?” kata Herman Deru yang dijawab masih ada dari staf Sekretariat DPRD OKUT.

  • Anggota DPR RI asal Sumsel Hj Percha Leanpuri dan Ketua PKK Sumsel Hj.
    Febrita Lustia Herman Deru ketika menghadiri HUT ke 17 Kabupaten OKU Timur

Lalu dia pun bercerita panjang lebar mengenai Kabupaten OKUT dan kaitannya dengan Provinsi Sumsel.  Dulu, kata HD, kalau pejabat Pemkab OKUT ke Provinsi Sumsel, selalu disediakan lokasi parkir terdepan.  Mengapa?  Karena Kabupaten OKUT mempunyai banyak prestasi dan merupakan kabupaten yang mampu menekan kemiskinan, peraih Adipura terbanyak, menekan angka kejahatan dan menjadi penghasil padi terbesar di Pulau Sumatera.

Artinya, keberadaan Kabupaten OKU, sebagai kabupaten dengan angka kemiskinan terendah di Provinsi Sumsel, menjadi penting untuk Provinsi Sumatera Selatan.  Sekarang apakah OKUT masih penting dan mendapatkan tempat parkir terdepan di Kantor Gubernur Sumsel?  Makin disediakan lagi, karena “Gubernurnya berasal dari OKU Timur,” kata HD disambut derai tawa ratusan peserta sidang paripurna khusus di Gedung DPRD OKUT.

Beberapa pesan penting juga disampaikan gubernur terkait dengan rencana pemakaian lapangan terbang TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Way Kanan, Lampung menjadi lapangan terbang komersial pada tahun ini.  “Saya minta supaya pegawai jangan sering-sering ke Jakarta karena lapangan terbang sudah sangat dekat dengan Martapura,” pintanya.

Saat ini, kata gubernur, lapangan terbang Gatot Subroto sudah siap untuk dioperasikan untuk penerbangan komersial.  Tinggal masalah harga avtur yang tengah digodok.  Namun Gubernur Sumsel ini meyakinakan bahwa dalam triwulan pertama ini akan mulai dioperasikan.

OKUT jadi Rujukan Kerukunan

Walaupun tidak hendak mengajari, Gubernur Herman Deru, menyampaikan wejangan utama kepada semua aparatur sipil negara dan para petinggi di kabupaten ini penghasil beras ini akan pentingnya mengingat Tigaka (3 K).  Tigaka adalah singkatan dari kepatuhan, kepatutan dan kerukunan.

Dikenal dengan masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai suku, etnis, agama dan budaya, Gubernur HD menjadikan OKU Timur sebagai simbol kerukunan di Sumatera Selatan.

Kepatuhan, kata HD, adalah sesuatu tindakan yang harus sesuai dengan aturan dan UU yang berlaku.  Apa yang sudah ditulis, diundangkan, dan diatur tidak boleh dilanggar.  “Itu yang disebut dengan kepatuhan,” katanya seraya menambahkan contoh berlalu lintas. Rambu-rambu lalu lintas jangan dilanggar.  Kalau dilanggar ada polisi yang akan menghukum. Dia juga mencontohkan peraturan-peraturan yang dibuat di kabupaten harus patuh dengan peraturan yang lebih tinggi di atasnya, yakni pemerintahan pusat yang berlaku di NKRI.  Ada aturan hitam atas putihnya.

Sedangkan kepatutan, papar HD, adalah sesuatu yang tidak tertulis.  Dia merupakan norma dan aturan yang mungkin berbeda dari satu daerah dengan daerah lain.  Patut artinya kepantasan.  Walaupun tidak ada aturannya, dia harus menjadi pertimbangan.  Tidak ada lembaga hukum yang mengawasi kepatutan.  “Bahkan untuk dibuatkan aturan kepatutan pun sangat sulit karena abstrak.  Hakimnya adalah nurani kita masing-masing,” jelas Gubernur yang dikenal dengan moto 25 ketika menjadi Bupati OKUT, dua hari di kantor dan lima hari di lapangan.

Terkait dengan aspek kerukunan, secara khusus gubernur yang berpidato tanpa teks ini menyebutkan, OKUT merupakan contoh kemajemukan dan kerukunan. Perlu kerukunan antara ulama dan umaro, antara umat beragama, antara ulama dan pemuka agama lain, dan antara instansi dengan instansi lainnya. 

Kerukunan ini menjadi sangat penting karena sangat tergantung dari tata cara penyampaian, bahasa tubuh (manajemen ekspresi) dan sikap tepo seliro dan tidak terbawa perasaan. 

Gubernur mencontohkan, boleh saja seseorang memiliki aqidah dan kaidah yang diyakini adalah terbaik bagi dirinya sendiri.  “Tapi jangan mengatakan aqidah dan kaidah orang lain tidak baik.  Ini untuk menjaga kerukunan masyarakat,” pinta HD kepada para hadirin.

Pada akhir sambutannya gubernur pun sempat berseloroh bahwa Bupati OKU Timur Kholid Mawardi  adalah orang yang pandai mengelola ekspresi. “Bupati Kholid adalah juaranya mengelola ekspresi, saya juara dua,” kata HD disambut gemuruh tawa.

“Semoga OKU Timur bisa menjadi contoh kerukunan masyarakat Sumsel dan tolok ukur zero conflict di Sumsel,” tandas Herman Deru.    

Penulis: Harbeni

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × two =